Back

Rupiah Indonesia Melemah ke 15.573 Melawan Penguatan Dolar AS

  • Rupiah telah terseret oleh penguatan Dolar AS, mata uang Garuda tersebut tengah diperdagangkan di 15.573 sejauh ini.
  • Bank Indonesia melaporkan bahwa Jumlah Uang Beredar M2 untuk bulan September sedikit turun ke 7,2% YoY.
  • Fokus sekarang sebagian besar tertuju pada pemilihan umum di Amerika Serikat.

Pasangan mata uang USD/IDR tampaknya telah mengikuti penguatan Dolar AS pada sesi perdagangan Asia, yang kini tengah diperdagangkan di 15.573, setelah menutup lebih tinggi kemarin di 15.555. Pada grafik harian, pasangan mata uang ini kembali berada di atas Simple Moving Average (SMA) 50 periode, yang merupakan support dinamis sejauh ini. Rupiah Indonesia (IDR) melemah setelah usainya pesta pelantikan Presiden RI ke-8 serta Jumlah Uang Beredar M2 yang sedikit lebih rendah dari sebelumnya bersama dengan penguatan Dolar AS.

Bank Indonesia (BI) telah merilis laporan Jumlah Uang Beredar M2 di Indonesia untuk bulan September 2024 yang terlihat sedikit melemah ke 7,2% (yoy) dengan posisi di Rp9.044,9 Triliun, di bawah tingkat sebelumnya yang tercatat di 7,3% (yoy). Menurut BI, perkembangan data tersebut terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus). BI menyatakan bahwa angka ini masih relatif stabil.

Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto telah mengumumkan sejumlah menteri yang akan membantunya dalam menjalan pemerintahan yang baru ini usai pelantikannya pada hari Minggu lalu. Dalam pidatonya pelantikannya, Prabowo menyerukan bahwa Indonesia harus memiliki kemandirian energi. Ia berencana untuk memanfaatkan penemuan gas besar-besaran di Andaman Selatan dan meningkatkan penggunaan biofuel, dengan melanjutkan upaya pemerintahan sebelumnya. Selain itu, Prabowo juga mengatakan swasembada pangan dapat dicapai dalam waktu lima tahun, dan juga berjanji untuk memberantas korupsi di Indonesia.

Sementara itu, analis Valas ING, Chris Turner, menyebutkan dalam laporannya, bahwa USD telah mengalami kenaikan yang cukup besar dalam waktu yang singkat, jika Beige Book secara mengejutkan negatif atau IMP Eropa yang dirilis pada hari Kamis melonjak, tampaknya DXY berpotensi akan tetap bertahan di batas atas kisaran 103-104.

Perhatian besar sekarang tertuju pada pemilihan umum di Amerika Serikat yang akan berlangsung pada tanggal 5 November. Menurut Tim Riset Saxo Bank, jika Trump memenangkan pemilu, kebijakan pro-pertumbuhan Trump dengan stimulus fiskal yang berkelanjutan dapat menyebabkan inflasi dan menyebabkan Dolar AS naik pada gelombang pertama. Perang dagang yang meningkat juga dapat memperkuat Dolar AS dan melemahkan mata uang seperti Yuan Tiongkok atau mata uang Asia lainnya. Sementara di sisi lawan, meskipun Kebijakan Harris kurang jelas, namun mata uang yang terkena tarif bisa terdongkrak dan akan melemahkan Dolar AS.
 

Jumlah Uang Beredar M2 (YoY) Indonesia di Bulan September 2024 Melemah ke 7,2% di Rp9.044,9 Triliun

Jumlah Uang Beredar M2 di Indonesia untuk bulan Agustus 2024 melemah ke 7,2% (yoy) atau Rp9.044,9 Triliun, lebih rendah dari tingkat sebelumnya yang tercatat di 7,3% (yoy).
Baca selengkapnya Previous

WTI Datar di Bawah Angka $70,00; Kekhawatiran Permintaan Terus Membatasi Kenaikan

Harga Minyak Mentah AS West Texas Intermediate (WTI) berjuang untuk memanfaatkan kenaikan moderat hari sebelumnya dan berosilasi dalam kisaran sempit, di sekitar area $69,70-$69,75 selama sesi Asia pada hari Selasa. Sementara itu, komoditas ini masih berada dalam jarak dekat dengan level terendah hampir tiga pekan yang disentuh pada hari Jumat lalu dan tampaknya rentan untuk melanjutkan penurunan baru-baru ini yang disaksikan selama sekitar dua pekan terakhir.
Baca selengkapnya Next