WTI Naik ke $79 di Balik Risiko Geopolitik dan Pelemahan Dolar AS
- WTI memanfaatkan berbagai faktor pendorong.
- Lemahnya pasar kerja AS memicu ekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga mulai bulan September.
- Risiko-risiko geopolitik memperdalam kekhawatiran terhadap pengetatan pasokan minyak.
West Texas Intermediate (WTI), berjangka di NYMEX, melanjutkan pemulihannya ke $79,00 di sesi Eropa hari ini. Harga Minyak rebound setelah mengalami penurunan selama enam hari karena beberapa faktor pendorong. Emas hitam diuntungkan oleh melemahnya Dolar AS, krisis Timur Tengah yang semakin parah, dan kenaikan harga jual resmi Minyak oleh Arab Saudi ke berbagai kawasan.
Minyak dalam mata uang dolar menguat seiring melemahnya daya tarik Greenback setelah data penting pasar tenaga kerja resmi Amerika Serikat untuk bulan April tetap lemah. Data Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang dirilis pada hari Jumat melaporkan bahwa lebih sedikit lapangan kerja yang diciptakan dan Tingkat Pengangguran naik ke 3,9%.
Status pasar tenaga kerja yang lemah mendorong ekspektasi Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan suku bunganya yang ketat. Skenario ini menguntungkan bagi harga Minyak karena meningkatkan permintaannya.
Sementara itu, risiko geopolitik di kawasan Timur Tengah telah memperdalam kekhawatiran terhadap pengetatan pasokan minyak. Kemungkinan gencatan senjata antara Israel dan Palestina kecil kemungkinannya, dan Israel diprakirakan akan memperluas operasinya hingga ke Rafah, yang merupakan bagian selatan Gaza.
Selain itu, langkah Arab Saudi menaikkan harga jual resmi minyak mentahnya yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada bulan Juni, menandakan ekspektasi permintaan kuat pada musim panas ini, seperti dilansir Reuters.